Wednesday, September 17, 2014

Tak Lagi Mengenal Kopi

Kopi pada awalnya digunakan sebagai makanan berenergi tinggi
Siapa yg tak kenal kopi? Biji hitam yg bisa disulap menjadi minuman anti kantuk ini merupakan favorit hampir seluruh umat manusia di dunia. Tak terkecuali aku tentunya.
   
Tidak hanya minuman, berbagai jenis makanan, kue, es krim, kudapan/snack hingga permen pun bisa dibuat dari bahan dasar biji kopi. Wajar rasanya bila penikmat kopi makin bertambah setiap waktu.
   
Aku tidak ingat sejatinya kapan ku mulai mencintai kopi. Samar-samar, meski tidak serta-merta minum kopi, aku rajin mengkonsumsi permen k*piko dan jajan snack rasa kopi sejak duduk di Sekolah Dasar. Lalu, saat sekolah menengah dan atas, aku baru mulai mengenal berbagai varian dasar kopi seperti moccacino atau cappucino dari bubble ice.


Puncaknya tentu terjadi kala memasuki jenjang perguruan tinggi. Bagiku, tiada hari tanpa kopi dan coklat. Tiap nongkrong bareng temen2 pasti kopi atau coklat, istirahat kuliah juga demikian. "Ah, nikmatnya hidup," batinku.
    
Kemudian suatu hari, setelah aku minum kopi, aku mulai merasakan hal aneh dijantungku. Mulanya hanya berdegup kencang tak karuan.Lama-lama nafasku sulit. Jangankan bernafas, mengambil udara untuk dihirup saja rasanya setengah mati. Meskipun sudah dihirup pun, rasanya seperti belum masuk ke dalam paru-paruku. Sesak, panas di rongga dada, perih, seperti mau mati.

Kopi Indonesia menempati ketiga terbesar di dunia
Awalnya aku tak menyangka itu disebabkan "kopi", namun setelah beberapa kali ku perhatikan jenis apa makanan/minuman yang terakhir kali ku santap barulah aku sadar akan hal itu. Berbagai literatur ku baca, aku pun bertanya pada temanku yg sedikit banyak ahli pengobatan alternatif. 

Ia lantas memintaku mengangkat tanganku sejajar bahu, lalu ditepuk. Spontan tanganku jatuh. Sekali lagi ia memintaku mengangkat sejajar bahu tapi kali ini tangannya hanya diletakkan dan menekan di atas tanganku. Lagi-lagi jatuh.

"Sepertinya kamu ada gejala le**h ja****g, in," ucap temanku.
 

Kaget bercampur bingung kala itu. Tak mungkin juga kuceritakan hal ini pada kedua orang tuaku. Ditambah lagi, pemeriksaan secara medis pun aku belum berani. (mau bayar kuliah saja sulit apalagi check up). Yasudah, untuk menghindari hal buruk terjadi, sejak itu aku berhenti mengkonsumsi kopi, apapun bentuknya.
   
Setelah lulus kuliah, aku diterima bekerja sebagai sekretaris di satu institusi tinggi negara. Suatu hari perutku melilit. Sakit tak terperi. Bahkan saat makan nasi pun, aku memuntahkannya kembali. Langsung saja aku menuju klinik kantor. Dokter menyatakan aku kena gejala penyakit magg.
Sampai-sampai ia melarangku makan nasi, cuma boleh makan bubur atau nasi tim (nasi lembut) serta menjauhi kopi dan makanan/minuman apapun yang mengancam produksi asam lambung berlebih.
   
Alhasil, sudah sekitar tujuh tahun aku tak lagi mengenal kopi. Meskipun ingin, walaupun aroma kopi selalu menyengat disekitarku Alhamdulillah sudah kebal. Santai.

Do you smell it?
Faktanya kopi dapat mendorong naiknya asam lambung. Jika konsumsi berlebihan, lambung pun bisa nyeri tak tertahankan (berlaku pada orang tertentu). Lalu, jika penyakit lambung sudah kronis tak menutup kemungkinan akan berimbas pada organ fital yang lain.

(Sempat ku berpikir, kalau mau membunuhku mudah saja. Berikan kopi dan diamkan saja beberapa saat. Tapi kalau belum takdir ya gak mungkin bisa juga si, Haha ^^).
 
Ilustrasi by net

2 comments:

  1. sumpah ya itu kalimat terakhir :))

    ReplyDelete
    Replies
    1. Jika penyakit lambung sudah kronis tak menutup kemungkinan akan berimbas pada organ fital yang lain. Maka waspadalah, waspadalah, waspadalah! :D
      Jaga hidupmu, Jaga hatimu, Jaga lambungmu.. semangat kaka

      Delete