Sebelumnya perkenalkanlah ketiga adik sepupu aku, sebutlah si
sulung-Lala (11), si anak tengah-Reza (3), dan si bungsu-Irgi (1). Ketiganya merupakan
anak dari adik ibuku yang dulunya tinggal bertetangga denganku. Namun setelah si
ayah dan ibunya membeli rumah, alhasil kami terpisah jarak dan waktu. Minimal dua
hari seminggu, mereka akan mengungsi dirumahku untuk sekedar melepas rindu.
Guling Buluk
Keluarga Budiman |
Lala ini merupakan anak pertama. Sifatnya yang periang dan
mudah bergaul membuatnya betah jika tinggal menginap dirumahku
berhari-hari, meski ayah dan ibunya tidak ikut menginap. Wajar saja karena teman-teman
masa kecilnya tinggal di lingkungan rumahku. Sebenarnya tidak ada yang aneh
dari karakter si Lala, tetapi setiap dia kerumahku, dia akan membawa guling
kesayangannya yang sudah lapuk.
Sejatinya, guling itu merupakan guling yang sudah ada sejak Lala
bayi dan kini ia sudah duduk dibangku kelas 6, Sekolah Dasar. Bayangkan, guling
imut bayi itu kini telah bermetamorfosis. Awalnya guling itu layaknya guling
bayi pada umumnya. Sekarang, ukuran si guling sudah menciut karena busa di
dalamnya makin hari makin berkurang. Ini gegara si busa sering dicabut-cabutin.
Kondisi sarung gulingnya tak jauh berbeda. Warnanya sudah
berubah. Mulanya berwarna merah, kini berwarna merah tapi agak buluk. Bahkan,
masih jelas dalam ingatanku, dia sangat tidak suka jika gulingnya dicuci sampai
wangi. Padahal menurutku aromanya “Masya Allah” tetapi bagi si Lala gulingnya
tetap yang terbaik. “Pokoknya gak usah dicuci, ini udah wangi (sambil mencium
si guling),” ujar Lala.
Lucunya, di mata adik lelakinya, Reza, guling itu bagaikan
musuh yang harus dimusnahkan. Setiap ia melihat si guling teronggok tanpa tuan
alias diletakkan begitu saja didalam rumah, dia akan langsung membuangnya di
tong sampah terdekat. Sampai-sampai pernah suatu kali si guling dilempar ke saluran
pembuangan air (got) depan rumahnya. Miris.
(Maaf, Gambar si guling belum dapat ditanyangkan, karena sudah dua minggu belum ada yang nginep dirumah (T.T) kangenn)
Kain Gajah Wangi
Reza ini merupakan anak kedua. Perbedaan rentang usia Lala dan Reza yang mencapai 8 tahun ini membuat kondisinya sama denganku dan adik kandungku. Yahh, kadang pertengkaran, selisih paham, rebutan mainan, saling jahil satu sama lain, pukulan, tendangan, cubitan sudah menjadi santapan sehari-hari. Eitz, jangan khawatir, semua adegan kekerasan di atas masih dalam tahap wajar dan dalam pengamanan pihak berwajib (baca. Orang tua, wali).
Sedangkan perbedaan usia Reza dengan si adik bungsu-nya yang hanya terpaut satu tahun ini membuat ia
tumbuh sebagai anak yang haus perhatian. Tiada hari tanpa caper alias cari
perhatian. Jika kami sekeluarga sedang sibuk ngobrol bersama, maka ia akan
melakukan apapun yang bisa tiba-tiba menghentikan pembicaraan kami. Mulai dari
memukul-mukul kaleng, teriak-teriak, nyanyi-nyanyi, lari-larian, jatuh-jatuhan,
sampai mengajak berantem Lala ataupun Irgi akan dilakoni.
Satu hal yang unik dari Reza adalah kebiasaannya memegang
kain yang sudah ada sejak bayi. Jika Lala punya guling buluk dengan aroma kesayangan,
maka Reza ini punya kain selimut gajah (padahal aslinya gambar beruang) dan harus
tetap wangi sepanjang hari. Aromanya berasal dari harum pelembut pakaian. Si kain
gajah ini pun tidak boleh digunakan oleh siapapun, meskipun kakak atau adiknya
sendiri.
Maaf, ga sengaja kaki tukang fotonya muncul (salah fokus) |
Tangan vs Remote
Berbeda dengan kedua kakaknya, Irgi merupakan anak bungsu
yang sebenarnya tidak sengaja lahir ke dunia. Ehya, maksudnya awalnya hanya
direncanakan memiliki dua anak, tetapi apa daya, Tuhan berkehendak lain, kata
orang tuanya.
Berbeda dengan kakak-kakaknya yang tidak dapat hidup tanpa
guling atau kain, Irgi tidak dapat hidup tanpa tangan. Ketika Irgi sedang
khusuk minum susu, ia akan mencari tangan-tangan lembut untuk sekedar
diraba-raba kehalusannya. Tangan lembut itu biasanya lengan ibunya ataupun lengan
tanteku yang lain yang mengasuhnya.
Irgi lebih memilih remot tipi dibanding lenganku (-_-") |
ya ampun bocah2 ini-_-" tapi yang guling itu, sumpah temen gw sebelom nikah tuh masih pake guling buluknya yang naudzubillah penampakannya.. setelah nikah akhirnya dia sembuh.. suaminya jadi guling kali eaaa.. ajaib emang yah :3
ReplyDeleteitu guling sama penampakannya subhanallah ya, udah menciutt ukurannya
Deletehaiyakkkss.. guling? suami? arghh jadi inget sesuatu #ehh loh lupakan
emang kalo bocah suka gitu ya.....adek gw dulu punya benda kesayangan, jaket buluk. cuman bukan jaket dia, tapi jaket emak gw, dan harus dipake terus sama emak gw, sampe rombeng ......
ReplyDeleteJaket buluk yang harus dipake nyokap lo lalu adik lo makenya kapan? ko bisa jadi kesayangan, ru.. gimana ceritanya?
Deletekata tu bocah: ini tangan apa kayu? kasar amat :)) *kabur
ReplyDeleteini kayu dek, meski kasar tapi hatinya lembut kok *tsahhh *tangkeppp
Delete