Wednesday, September 10, 2014

"Sibau" (Part 2)



Tawas pencegah bau badan
Berhubung banyak sekali permintaan atas keberlanjutan tulisan “sibau” yang dikatakan tidak solutif, maka kali ini aku akan sedikit membahas bagaimana caranya menghadapi dan mengatasi “sibau” dalam hidupmu. Apalagi jika pelaku adalah orang terdekat baik secara pribadi, fisik yang hidup berdampingan dalam setiap detik kehidupanmu.

Sebelumnya, aku akan bertanya, beranikah kalian mengatakan langsung pada pelaku “sibau” jika dan hanya jika ia ternyata memiliki kekurangan tersebut? Jika aku jadi kamu tentu aku akan menjawab lantang “BERANI”. Lalu, bagaimana cara mengatakannya? Nah, itu yang jadi pertanyaan banyak manusia termasuk aku, hingga kini. Haha^^

Bila kamu menemukan “sibau” ada di tempat umum seperti bis, halte atau tempat keramaian lainnya aku rasa tak mungkin kamu ujug-ujug mengatakan “Woi, kamu bau banget sih”. Jika itu terjadi saya menjamin kamu akan diamuk massa, minimal membuat si tersangka sakit hati sesakit sakitnya *tunjuk dada. Salah-salah kamu disantet (eh lupakan). Saranku, cukup kamu hindari saja, minimal kamu tahan nafas sebisa mungkin, eh jangan kamu tahan nafasmu sampe sejam, bahaya itu.

Kalau aku menemukan “sibau” di tempat umum semisal bis, aku biasanya akan mencari tempat ber-AC, berupaya menghirup udara yang keluar dari AC dalam-dalam “sruttttttttt”, ahh legaaa. Bisa juga dengan mengenakan masker sebelum naik bis, yah lumayan sedikit mengurangi. Tapi dengan catatan, jangan coba-coba mengenakan masker jika “sibau” sudah mencapai kompleksitas tingkat tinggi. Carilah udara dimanapun kamu berada, sebisa mungkin. Kalau tidak bisa, segera keluar dari bis. Bahaya, pingsan mendadak.

Bila kamu menemukan “sibau” yang ternyata notabene orang terdekatmu, lebih mudah seharusnya. Katakan langsung padanya, tentu dengan hati-hati agar tidak menyakiti perasaannya. Tak peduli ia lelaki ataupun perempuan, mereka adalah makhluk halus (perasaannya), sehingga sebijak mungkin JUJUR-lah meski menyakitkan pada awalnya. Tentu katakan dengan lugas, cepat dan tepat ke sasaran.

Bila kita tak sanggup mengatakannya secara langsung, bisa juga menggunakan cara lain. Misalnya memberikannya tawas, deodorant, atau parfum padanya. Mudah-mudahan si dia paham. Namun apabila saking ndablek-nya dia tidak mengerti apa maksud kita memberikan benda-benda tersebut tanpa kata, barulah kita toyor kita gunakan cara terakhir, menulis surat terbuka.

(sampe detik ini sih aku belum menjalankan cara kedua, jadi belum sampe menulis surat terbuka, huh!)

Sesungguhnya yang demikian itu baik baginya dan bagi kemaslahatan kelangsungan makhluk hidup seperti kita ini. Jika kurang berkenan mohon dimaafkan. Sekian, wassalam. 

Illustrasi by net

2 comments:

  1. Ini surat terbuka! *genderang perang
    surat terbuka yang #nomention #ifyouknowwhoshemeans silahkan kirim jawabannya atau kalau Anda lebih berani, tulis dsini. 10 peserta dengan jawaban yang benar akan mendapatkan hadiah cantik dari pemilik blog. hadiahnya? silahkan lihat gambar terlampir di atas.

    ReplyDelete
  2. lanjutkaan tooong...lanjutkaaaaanh!!!!!!

    ReplyDelete