Monday, September 29, 2014

Danboku (1)

Danboku
Perkenalkan Danbo pertamaku. Ia terbuat dari karton yang dilipat, digunting dan direkatkan dengan doubletip. Tak terasa hari berganti waktu pun berlalu. Aku sudah memilikinya beberapa tahun belakangan tetapi baru sempat menceritakannya disini. Maafkan aku ya, Danboku. Hehe (^^,) *sungkem


Ini saat pertama kali Danboku keluar dari kotak pandora
Danboku itu pintar, ia gemar sekali membaca. Kalau aku suka komik, Danboku lebih suka membaca buku-buku tentang pengetahuan, ekonomi, sosial, budaya, kemasyarakatan. Ah, apalah aku ini tak seberapa dibandingkan si Danboku. (>_<)


Cieee.. serius banget baca buku ekonomi

Pelajaran dari Kursi Roda

Budayakan Tiga Kata Istimewa
Pernahkah kalian merasakan berada di rumah pesakitan, menjalani perawatan sampai harus menggunakan Kursi Roda? Jika pernah, bagaimana perasaan kalian saat itu? Rasa ketika dirimu sadar tak mampu mandiri. Rasa ketika seluruh mata memandangmu dari ujung kepala sampai ujung kaki.

Itu yang terjadi padaku beberapa hari lalu. Hanya karena dokter memberi 5 sampai 6 jahitan ditelapak kakiku, terpaksa aku harus merasakan duduk di kursi itu. Jika kemudian aku ditanya bagaimana perasaanku kala itu? Jawabannya tentu tak nyaman. Aku merasa bagaikan orang yang amat sangat butuh belas kasihan orang lain. Padahal tak segitunya.

Bahkan, ketika mau tak mau aku  harus sendiri di ruang perawatan, aku dianggap tak mampu membantu diriku sendiri. Saat makan siang tiba, seorang penjenguk dari pasien sebelah lantas (tanpa diminta) membantuku, mengambilkan makan siangku yang hanya berjarak satu meter dari kasurku. Sedih sesungguhnya, tapi apa mau dikata, kakiku tak kuasa melangkah. 

Namun dibalik itu semua, aku menemukan sebuah pelajaran berharga. Selama aku belum bisa berjalan sempurna, aku belajar tiga kata sederhana. Aku kembali memfungsikan tiga kata yang acapkali hanya ku perhatikan sambil lalu. Tiga kata yang sanggup merubah hidupku. Ya, tiga kata istimewa.

Ketiga kata itu yakni "Maaf, Tolong dan Terima Kasih".

Mungkin sebagian orang menganggap tiga kata itu terlalu sepele atau bahkan minim arti tetapi  tak demikian untukku. Berkat ketiga kata itu, aku menyadari, masih banyak manusia di dunia ini yang memiliki hati sempurna meskipun kondisi mereka tak sempurna. Hanya dari tiga kata ajaib itu, aku bisa beraktifitas normal. Melalui tiga kata itu aku belajar banyak.

Kata "Maaf" mengajarkanku sadar bahwa ada kepentingan orang lain yang kita abaikan. Kata ini berarti ungkapan rasa penyesalan mendalam atas ketidaknyamanan yang dirasakan orang lain. Melalui kata ini, kita belajar berempati atas apa yang orang lain rasakan.

Kata "Tolong" menyadarkanku bahwa hidup kita ini selalu membutuhkan orang lain. Kata ini membantu meringankan beban atau lebih lagi dapat pula menyelamatkan jiwa seseorang. Melalui kata ini, kita belajar bahwa kesombongan diri dapat menyeret kita pada keterpurukan.

Kata "Terima kasih" mengekspresikan rasa syukur pada Tuhan. Seringkali kita hilap mengucapkan kata ini padahal melalui kata ini kita mengungkapkan rasa ikhlas atas kebaikan orang lain. Berkat kata ini kita belajar menghargai apa yang telah dilakukan orang lain terhadap diri kita.

Dewasa ini, langka sekali menemukan orang-orang yang menggunakan tiga kata itu di era modern, pun di Indonesia. Padahal budaya kita jelas-jelas mengagung-agungkan diri sebagai bangsa yang ramah tamah. Lantas, kemana budaya ini menguap? Aku hanya berharap pelajaran ini mampu membuka mata manusia-manusia yang sejatinya dilahirkan sebagai makhluk sosial. Makhluk yang tak mampu hidup tanpa makhluk lainnya.

Maka ...
Jangan pernah gengsi mengatakan maaf
Jangan terlalu angkuh untuk meminta tolong
Jangan pernah lupa mengucapkan terima kasih


Sekalinya dikasih bunga malah dari rumah sakit
*illustrasi dan foto by me
gambar ilustrasinya masih belajar ya kaka (males bikin lurus tu tangga) peace

Sunday, September 28, 2014

Scout Nasa

Tenda kami (kiri) saat Jambore Cabang di Bumi Perkemahan Curug, Tangerang
John Ruskin, seorang kritikus seni dan pemikir sosial dari Inggris (1819 – 1900) mengatakan: “Taste is the only morality. Tell me what you like and I'll tell you what you are.” Kita adalah apa yang kita sukai. Kita dikenal karena citarasa kita. Citarasa seperti apa yang kita sukai? Di situlah terletak nilai moral kita.

Mungkin ungkapan tersebut bisa menggambarkan apa yang aku sukai sejak duduk di bangku sekolah dasar. Aku suka Berorganisasi. Aku suka dengan segala aturan dalam organisasi karena disitu kita bisa belajar mana yang haram dan yang halal eh maksud saya mana kewajiban dan mana hak.

Nah, organisasi pertama yang aku geluti sejak masih imut itu PRAMUKA. Saat ini jarang sekali aku melihat anak-anak menekuni organisasi ini. Yah, budaya barat telah mengakar kuat. Jadilah anak-anak sekarang lebih terlena dengan main play station/game, getol ikut-ikutan ajang pencarian bakat, gemar alay-alayan nonton acara musik atau sinetron yang tidak sesuai usianya. 

Padahal berorganisasi itu bisa mengajarkan berbagai hal. Pramuka contohnya, dari Persami (perkemahan sabtu-minggu), aku belajar mandi sendiri mandiri, belajar bersosialisasi, belajar tinggal jauh dari orang tua dan paling utama belajar jadi pemimpin. Memang belum belajar jadi pemimpin orang lain, tetapi kami diajarkan bahwa setiap manusia adalah pemimpin dalam dirinya sendiri. Ah, aku ingat waktu SD aku bisa jadi peserta Persami terbaik kala itu. Haha ^^

Memasuki kelas menengah, saat orientasi, pementasan aksi kumpulan anak lelaki dan perempuan berbaju coklat itu menggugahku. Yel-yel, gerakan-gerakan atraktif ditampilkan. Ditambah lagi ada seseorang yang antusias memukul drum. Setelah itu ia lihay berantraksi turun hanya dengan satu tali dari atas menara. Tanpa pikir panjang, aku kembali tertarik masuk organisasi ini.


Ini menara Selamat Datang yang tingginya sekitar 5 meter
Alhasil aku bergabung di SCOUT NASA atau Pramuka Negeri Satu selama dua tahun aktif (di tahun ketiga dilarang aktif oleh pelatih karena harus konsentrasi ikut ujian nasional). Ohya, Pasukan Kami bernama Permadi (nama kecil Arjuna .red) dan Srikandi mewakili tokoh pewayangan yang memiliki karakter berani, jujur serta tampan dan cantik. Sementara nama regu kami yaitu Mimosa Pudica atau nama ilmiah tanaman Putri Malu (untuk kelompok perempuan), dan Impeesa atau Srigala yang tak pernah tidur (untuk kelompok lelaki).


Pasukan Permadi-Srikandi sedang melakukan atraksi yel-yel
Ciri khas kami yakni topi lebar berwarna biru, tongkat rotan (tidak boleh bambu) berukuran 160cm dengan bendera berlambang bunga mimosa pudica dan srigala, kemeja (coklat muda) dan bawahan (coklat gelap) berbahan bukan katun (seperti bahan kanvas), kaos kaki hitam di atas mata kaki (perempuan) dan sebetis (lelaki) serta sepatu hitam-putih (starone/converse).


Cerita selama bergabung disini tak dapat ku jelaskan secara detail. Pasalnya setiap minggu kami ikut lomba di berbagai tempat. Tangerang jangan ditanya, Jabodetabek sudah pasti jadi langganan keikursertaan kami. Sementara di luar itu, Bandung seingatku paling jauh. Bagiku menang-kalah itu sudah biasa. Historia Vitae Magistra, Sejarah (pengalaman) ialah guru yang terbaik. 


Ada yang berani tengah malam kesini?
Tak terhitung sudah berapa banyak prestasi yang dipersembahkan untuk almamater tercinta. Trophi tertinggi kami berukuran 2 meter. Saking banyaknya trophi yang kami miliki, pernah suatu kali teman-temanku malah membuatnya bagaikan pion bowling. Trophi-trophi disejajarkan lalu dilempar menggunakan bola, sampai jatuh. Tak butuh waktu lama sampai akhirnya mereka semua dihukum oleh pelatihku.

Jika ditanya pengalaman paling mengesankan, aku pasti bingung karena bagiku setiap hal yang aku lakukan di Scout Nasa itu mengesankan. Setiap detik berharga untuk belajar. Baik dari teknik kepramukaan, teknik bertahan hidup, maupun teknik berorganisasi. 

Jabatan terakhirku di Scout Nasa sebagai penanggung jawab tekpram  a.k.a teknik kepramukaan. Minimal seluruh teknik-teknik dasar tali-temali, simpul-simpul, sejarah kepramukaan, teknik P3K sampai lagu-lagu pendek dianggap sudah aku kuasai. Alhasil, sewaktu sudah menjadi alumni, pada waktu sekolahku mengadakan lomba Pramuka, aku ditunjuk sebagai panitia yang bertanggung  jawab pada pos tekpram


Presentasi teknis pelaksanaan lomba di pos tekpram
Ketika aku duduk di kelas dua es em pe, aku pun pernah ikut serta dalam Jambore cabang hingga Jambore Nasional di Purwokerto. Faktor genetik berpengaruh. Ibuku nyatanya waktu kecil pun sempat mencicipi Jambore cabang di kampung halamannya. Berbekal copy sertifikat Jamnas, aku pun lolos pmdk pada universitas negeri di Banten. Ah, nostalgia.


Ada yang bisa menebak aku yang mana? Hee ^^

Sunday, September 21, 2014

Bahagia itu sederhana



Pernahkah kamu membayangkan bahwa kamu tidak pernah ada?
Pernahkah kamu berpikir seandainya hanya kamu satu-satunya makhluk hidup di muka bumi?
Pernahkah kamu menyadari bahwa kamulah makhluk sempurna yang diciptakan Tuhan?

Bahagia itu sederhana
Sesederhana ketika kamu membuka mata di pagi hari
Sesederhana ketika kamu menghirup udara di setiap waktu
Sesederhana ketika kamu menyadari bahwa kamu masih ada di dunia ini

Sadarilah keberadaanmu saat ini berarti
Sadarilah bahwa hidup ini sementara
Sadarilah bahwa kamu hidup tak sendiri
Maka Bersyukurlah sebab hidup akan terasa makin sempurna


Benda Wajib 'tuk Sepupu Kecilku

Yihiiiiiyyy.. arisan sudah dikocok, tema blog minggu ketiga ini pun sudah keluar. Temanya “Things you can’t live without..”. Wahh, tetiba teringat ketiga adik sepupu yang punya benda-benda wajib dan harus dibawa kapanpun, dimanapun. Aku bahkan merasa, mereka tidak akan bisa hidup tanpa adanya benda-benda tersebut. 

Sebelumnya perkenalkanlah ketiga adik sepupu aku, sebutlah si sulung-Lala (11), si anak tengah-Reza (3), dan si bungsu-Irgi (1). Ketiganya merupakan anak dari adik ibuku yang dulunya tinggal bertetangga denganku. Namun setelah si ayah dan ibunya membeli rumah, alhasil kami terpisah jarak dan waktu. Minimal dua hari seminggu, mereka akan mengungsi dirumahku untuk sekedar melepas rindu. 


Keluarga Budiman
Guling Buluk

Lala ini merupakan anak pertama. Sifatnya yang periang dan mudah bergaul membuatnya betah jika tinggal menginap dirumahku berhari-hari, meski ayah dan ibunya tidak ikut menginap. Wajar saja karena teman-teman masa kecilnya tinggal di lingkungan rumahku. Sebenarnya tidak ada yang aneh dari karakter si Lala, tetapi setiap dia kerumahku, dia akan membawa guling kesayangannya yang sudah lapuk. 

Sejatinya, guling itu merupakan guling yang sudah ada sejak Lala bayi dan kini ia sudah duduk dibangku kelas 6, Sekolah Dasar. Bayangkan, guling imut bayi itu kini telah bermetamorfosis. Awalnya guling itu layaknya guling bayi pada umumnya. Sekarang, ukuran si guling sudah menciut karena busa di dalamnya makin hari makin berkurang. Ini gegara si busa sering dicabut-cabutin. 

Kondisi sarung gulingnya tak jauh berbeda. Warnanya sudah berubah. Mulanya berwarna merah, kini berwarna merah tapi agak buluk. Bahkan, masih jelas dalam ingatanku, dia sangat tidak suka jika gulingnya dicuci sampai wangi. Padahal menurutku aromanya “Masya Allah” tetapi bagi si Lala gulingnya tetap yang terbaik. “Pokoknya gak usah dicuci, ini udah wangi (sambil mencium si guling),” ujar Lala. 

Lucunya, di mata adik lelakinya, Reza, guling itu bagaikan musuh yang harus dimusnahkan. Setiap ia melihat si guling teronggok tanpa tuan alias diletakkan begitu saja didalam rumah, dia akan langsung membuangnya di tong sampah terdekat. Sampai-sampai pernah suatu kali si guling dilempar ke saluran pembuangan air (got) depan rumahnya. Miris.


(Maaf, Gambar si guling belum dapat ditanyangkan, karena sudah dua minggu belum ada yang nginep dirumah (T.T) kangenn)

Kain Gajah Wangi

Reza ini merupakan anak kedua. Perbedaan rentang usia Lala dan Reza yang mencapai 8 tahun ini membuat kondisinya sama denganku dan adik kandungku. Yahh, kadang pertengkaran, selisih paham, rebutan mainan, saling jahil satu sama lain, pukulan, tendangan, cubitan sudah menjadi santapan sehari-hari. Eitz, jangan khawatir, semua adegan kekerasan di atas masih dalam tahap wajar dan dalam pengamanan pihak berwajib (baca. Orang tua, wali).

Sedangkan perbedaan usia Reza dengan si adik bungsu-nya yang hanya terpaut satu tahun ini membuat ia tumbuh sebagai anak yang haus perhatian. Tiada hari tanpa caper alias cari perhatian. Jika kami sekeluarga sedang sibuk ngobrol bersama, maka ia akan melakukan apapun yang bisa tiba-tiba menghentikan pembicaraan kami. Mulai dari memukul-mukul kaleng, teriak-teriak, nyanyi-nyanyi, lari-larian, jatuh-jatuhan, sampai mengajak berantem Lala ataupun Irgi akan dilakoni.

Satu hal yang unik dari Reza adalah kebiasaannya memegang kain yang sudah ada sejak bayi. Jika Lala punya guling buluk dengan aroma kesayangan, maka Reza ini punya kain selimut gajah (padahal aslinya gambar beruang) dan harus tetap wangi sepanjang hari. Aromanya berasal dari harum pelembut pakaian. Si kain gajah ini pun tidak boleh digunakan oleh siapapun, meskipun kakak atau adiknya sendiri.

Maaf, ga sengaja kaki tukang fotonya muncul (salah fokus)
Pernah suatu hari, kain gajah ini terlalu sering dibawa main, diuwel-uwel sampai terinjak-injak. Akibatnya, aroma pelembut pakaiannya luntur. Lantas, ketika waktu minum susu tiba, Reza ngambek. Ia merengek meminta si kain gajah dicuci ulang sampai wangi. Setelah kain kering barulah ia mau minum susu-nya. Bahkan, pernah suatu kali si kain gajah ini ketinggalan dirumahnya sehingga tidak dibawa ke rumahku. Alhasil, kami harus meminjam kain selimut anak bayi tetangga agar si Reza tetap mau minum susu. Maklum anak-anak.

Tangan vs Remote

Berbeda dengan kedua kakaknya, Irgi merupakan anak bungsu yang sebenarnya tidak sengaja lahir ke dunia. Ehya, maksudnya awalnya hanya direncanakan memiliki dua anak, tetapi apa daya, Tuhan berkehendak lain, kata orang tuanya.

Berbeda dengan kakak-kakaknya yang tidak dapat hidup tanpa guling atau kain, Irgi tidak dapat hidup tanpa tangan. Ketika Irgi sedang khusuk minum susu, ia akan mencari tangan-tangan lembut untuk sekedar diraba-raba kehalusannya. Tangan lembut itu biasanya lengan ibunya ataupun lengan tanteku yang lain yang mengasuhnya.


Irgi lebih memilih remot tipi dibanding lenganku (-_-")
Pernah suatu hari Irgi sedang minum susu, tapi ibunya sedang kerja, sementara tanteku sedang sibuk di dapur dan hanya ada aku disampingnya. Irgi mulai gelisah. Akhirnya ku berikanlah lenganku untuk dipegang, dielus dan diraba. Beberapa waktu ia tampak nyaman tapi tak lama kemudian (yakali ketauan itu bukan lengan ibu atau tanteku), plokkkkkk, ditabok deh tanganku sambil kepalanya geleng-geleng tanda tak mau. Alhasil, dia memilih pegang remote televisi dibanding lenganku, Hahaha ^^
 

Wednesday, September 17, 2014

Tak Lagi Mengenal Kopi

Kopi pada awalnya digunakan sebagai makanan berenergi tinggi
Siapa yg tak kenal kopi? Biji hitam yg bisa disulap menjadi minuman anti kantuk ini merupakan favorit hampir seluruh umat manusia di dunia. Tak terkecuali aku tentunya.
   
Tidak hanya minuman, berbagai jenis makanan, kue, es krim, kudapan/snack hingga permen pun bisa dibuat dari bahan dasar biji kopi. Wajar rasanya bila penikmat kopi makin bertambah setiap waktu.
   
Aku tidak ingat sejatinya kapan ku mulai mencintai kopi. Samar-samar, meski tidak serta-merta minum kopi, aku rajin mengkonsumsi permen k*piko dan jajan snack rasa kopi sejak duduk di Sekolah Dasar. Lalu, saat sekolah menengah dan atas, aku baru mulai mengenal berbagai varian dasar kopi seperti moccacino atau cappucino dari bubble ice.


Puncaknya tentu terjadi kala memasuki jenjang perguruan tinggi. Bagiku, tiada hari tanpa kopi dan coklat. Tiap nongkrong bareng temen2 pasti kopi atau coklat, istirahat kuliah juga demikian. "Ah, nikmatnya hidup," batinku.
    
Kemudian suatu hari, setelah aku minum kopi, aku mulai merasakan hal aneh dijantungku. Mulanya hanya berdegup kencang tak karuan.Lama-lama nafasku sulit. Jangankan bernafas, mengambil udara untuk dihirup saja rasanya setengah mati. Meskipun sudah dihirup pun, rasanya seperti belum masuk ke dalam paru-paruku. Sesak, panas di rongga dada, perih, seperti mau mati.

Kopi Indonesia menempati ketiga terbesar di dunia
Awalnya aku tak menyangka itu disebabkan "kopi", namun setelah beberapa kali ku perhatikan jenis apa makanan/minuman yang terakhir kali ku santap barulah aku sadar akan hal itu. Berbagai literatur ku baca, aku pun bertanya pada temanku yg sedikit banyak ahli pengobatan alternatif. 

Ia lantas memintaku mengangkat tanganku sejajar bahu, lalu ditepuk. Spontan tanganku jatuh. Sekali lagi ia memintaku mengangkat sejajar bahu tapi kali ini tangannya hanya diletakkan dan menekan di atas tanganku. Lagi-lagi jatuh.

"Sepertinya kamu ada gejala le**h ja****g, in," ucap temanku.
 

Kaget bercampur bingung kala itu. Tak mungkin juga kuceritakan hal ini pada kedua orang tuaku. Ditambah lagi, pemeriksaan secara medis pun aku belum berani. (mau bayar kuliah saja sulit apalagi check up). Yasudah, untuk menghindari hal buruk terjadi, sejak itu aku berhenti mengkonsumsi kopi, apapun bentuknya.
   
Setelah lulus kuliah, aku diterima bekerja sebagai sekretaris di satu institusi tinggi negara. Suatu hari perutku melilit. Sakit tak terperi. Bahkan saat makan nasi pun, aku memuntahkannya kembali. Langsung saja aku menuju klinik kantor. Dokter menyatakan aku kena gejala penyakit magg.
Sampai-sampai ia melarangku makan nasi, cuma boleh makan bubur atau nasi tim (nasi lembut) serta menjauhi kopi dan makanan/minuman apapun yang mengancam produksi asam lambung berlebih.
   
Alhasil, sudah sekitar tujuh tahun aku tak lagi mengenal kopi. Meskipun ingin, walaupun aroma kopi selalu menyengat disekitarku Alhamdulillah sudah kebal. Santai.

Do you smell it?
Faktanya kopi dapat mendorong naiknya asam lambung. Jika konsumsi berlebihan, lambung pun bisa nyeri tak tertahankan (berlaku pada orang tertentu). Lalu, jika penyakit lambung sudah kronis tak menutup kemungkinan akan berimbas pada organ fital yang lain.

(Sempat ku berpikir, kalau mau membunuhku mudah saja. Berikan kopi dan diamkan saja beberapa saat. Tapi kalau belum takdir ya gak mungkin bisa juga si, Haha ^^).
 
Ilustrasi by net

Monday, September 15, 2014

Gaara


Entah sejak kapan tepatnya aku menyukai salah satu tokoh anime dalam serial manga Naruto ini. Kalau tahun berapanya, mungkin sekitar 2006 atau 2007-an. Gaara, tokoh yang sedikit bicara, mempunyai kekuatan mengendalikan pasir. Ciri khas lainnya dia suka bawa gentong pasir kemana-mana, kuat kan? Makanya ia memiliki julukan 'Sabaku no Gaara' atau bila diartikan adalah 'Gaara si Pengendali Pasir.

Coba saja bayangkan kalau ia ada di alam nyata, gentong yang lebih besar dari si pembawa gentong, isinya pasir dibawa kemana-mana pula, pasti beratnya lumayan. Aku kan khawatir kamu kenapa-napa Gaara, nanti kalau punggungmu rontok gegara keberatan gimana? Kalau bukan aku, lantas siapa yang peduli padamu? *okeh yang ini lebay maksimal.


Gaara memiliki kemampuan yang hebat dalam memanipulasi pasir. Pasir ini dapat menjadi shuriken, tameng, klon, bahkan ombak sekalipun. Selain itu, ia juga memiliki kemampuan bijuu (sembilan monster berekor) ekor satu, yaitu shukaku (berbentuk seperti rakun). Meski hanya ditampilkan sekali, tapi kemampuannya luar biasa.

Pada awalnya, Gaara merupakan karakter protagonis, baik dan selalu bersikap ramah kepada orang lain, tapi tindakan dan kata-kata Yashamaru (pengasuh Gaara) mengubahnya. Menyadari bahwa tak seorang pun mencintainya. Alhasil, Gaara menggunakan pasir untuk membuat kanji "cinta" (爱, ai) pada dahinya, sebagai simbol dari "hanya setan yang mencintai dirinya sendiri", dan hidup hanya untuk namanya.

Karakter Gaara ini berhasil mencuri perhatianku. Meskipun tidak mengenalnya secara detail, tapi aku bisa memandangnya dari jauh dalam waktu yang lama. Represetasi seseorang yang misterius, berani, kuat, dan sensitif. Ada kata-kata yang pernah diungkapkan Gaara dalam cerita Naruto dan membuatku terenyuh. *eaaa

"Manusia tak kan pernah bisa menang dari rasa kesepian"
 
"Sekarang ada sesuatu yang bisa sedikit aku mengerti . Benci, sedih, bahkan sukacita untuk berbagi dengan orang lain. Naruto Uzumaki aku belajar banyak darinya. ia tahu rasa sakit seperti yang aku rasakan dan kemudian dia mengajarkan ku bahwa aku dapat mengubah jalan hidupku. aku berharap bahwa suatu hari aku dapat dibutuhkan oleh seseorang. Bukan sebagai senjata menakutkan, tapi sebagai Kazekage"


lalu, kalimat yang paling bikin klepek-klepek:

"Obat untuk hati yang terluka adalah kasih sayang"

Gaara, semoga kita bertemu di dunia nyata. *khayalan tingkat dewa
foto by net

Saturday, September 13, 2014

Adik Bayiku

Tugas mulia di minggu kedua dalam arisan blog ialah menulis dengan tema “BABY”. Yah, bayi bener itu tidak salah sedikitpun. Iya, temanya bayi. Lalu, kenapa aku mengulang-ulang kata tersebut? jawabannya simple, aku belum pernah punya bayi. Lantas, bayi siapa yang akan ku ceritakan? *jeng jeng jeng *suara piano gitar dramatis. 

Aku mau menceritakan kisah kelahiran adikku, satu-satunya saudara sekandung yang aku miliki hingga detik ini. Kakak-ku, belum sempat menghirup udara sudah diambil kembali oleh Tuhan. Adikku sebelum ini-pun, sama, terlalu disayang Tuhan. Ini merupakan kisah nyata saat aku mendampingi ibuku melewati detik demi detik memperjuangkan hadirnya adikku ke dunia. Rasanya tak rela bila harus kehilangan lagi.

Hari itu, tepat tanggal 17 Juni 1994, seperti biasa sepulang sekolah, aku bermain-main sendiri di teras rumah. Sementara ibuku, ia tengah menyingkap jemuran di halaman karena pakaian sudah mengering. Ketika asyiknya bermain, tetiba aku mendengar suara ibu meringis kesakitan. Langsung ku hampiri ibuku dan ku tanya beliau.
"Kenapa, bu? Adik mau lahir ya?", tanyaku polos.
"Iya, nak sepertinya adikmu akan lahir. Tolong panggilkan abang becak ke rumah, ibu akan bersiap. Kita akan ke rumah bu bidan," ujar Ibuku terengah-engah mengatur nafas.
Tanpa pikir panjang, aku lantas berlari ke ujung gang rumahku. Mencari-cari mamang becak yang biasa mangkal disitu. Hatiku senang bukan kepalang karena setelah 7 tahun menanti, akhirnya aku akan memiliki seorang adik. Dengan wajah riang ku panggil si mamang becak.
"Mang, becak mang ke rumah. Ibuku mau diantar ke bidan. Mau melahirkan,"ujarku.
"Iya, neng," jawab si mamang santai sambil menyiapkan armada becaknya.
Bukan tanpa alasan si mamang wajahnya datar. Aku yang masih duduk dibangku kelas 2 Sekolah Dasar mana mungkin dipercaya untuk memanggil tukang becak karena ibuku akan melahirkan. Tampaknya ia tak percaya padaku, mana bisa anak kecil disuruh memanggil becak karena ibunya mau melahirkan, kemana bapaknya? Yap, bapakku saat itu masih kerja di pabrik. Jadi hanya aku dan ibuku di rumah.

Begitu tiba dirumahku dan mengetahui bahwa ibuku benar-benar akan melahirkan, si mamang becak langsung sigap. Ia langsung menjalankan armadanya menuju rumah bidan yang jaraknya sekitar 2km dari rumahku. Aku saat itu pun berperan sebagai penunjuk jalan.
"Mang, cepetan dikit dong. Kasihan ni ibuku sakit perutnya," rengekku.
"I..i..Iya, neng," jawab si mamang sambil tetap menjalankan becaknya hati-hati.
Sesampainya di lokasi (rumah bidan.red). Ibu langsung menemui bidan, dan katanya ibu  masih harus menunggu pembukaan. Jadi sambil si bidan menyiapkan ruang persalinan, ibuku masih sempat mondar-mandir di rumah bidan itu dan memintaku menelepon bapak di pabrik, tempat ia bekerja. Aku disuruh memberitahu bahwa adik akan lahir dan ibu sudah di rumah bidan. 

Aku yang tak mengerti apa-apa cuma bisa mengangguk sambil menjalankan segala yang ibu perintahkan. Langsung saja, aku cari tempat telepon koin terdekat. Berhubung nomor telepon pabrik sudah hapal di luar kepala, aku langsung menelepon bapak, mengabarkan tentang ibu. Bapak pun langsung izin pulang.
"Halo, bisa bicara dengan Bapak Jxxxxx. Ini dari anaknya," kataku.
"Ohh, ini iin ya? Ada apa mencari bapak?", ujar suara di ujung telepon tenang.
"Ini mau bilang kalau ibu mau melahirkan. Bapak disuruh pulang," kataku.
"Yang benar ibunya mau melahirkan?," tanyanya tak percaya.
"Iya, tante. Ini ibu sudah ditempat bidan," jawabku ketus.
"Iya, baik, baik sebentar tante akan segera panggilkan bapak dan diminta pulang," ujarnya panik.
Sembari menunggu bapak datang, tetanggaku si ibu RT dan anak lelakinya datang. Sepertinya mereka tak sengaja melihat kami naik becak tergesa-gesa. Mereka menyimpulkan bahwa ibuku akan melahirkan, makanya menyusul kesini. 

Sementara ibu masih diruang persalinan. Memperjuangkan hidupnya dan hidup adikku. Aku tak mengerti apa yang terjadi di dalam. Aku pun tak tau harus bagaimana bersikap. Aku hanya bisa melihat orang-orang yang menunggu dengan raut wajah tegang, penuh kecemasan. Sementara aku, bergeming.
"Oekk.. oekkk..," terdengar tangis bayi memecah keheningan.
Itulah suara tangis pertama adikku. Seorang bayi lelaki. Alhamdulillah.
Tak lama kemudian, bapakku tiba.
"Pak, adik sudah lahir ya, adik sudah lahir, Pak," kataku girang.
"Iya, adikmu sudah lahir," jawab Bapakku yang langsung masuk ke ruang persalinan, meninggalkanku sendiri di luar ruangan.
Inilah kisah pertamaku mengenal bayi dalam hidupku. Sesosok manusia mungil, dengan tangan, kaki, kepala dan jari yang kecil juga. Wajahnya yang imut, lugu dan polos selalu nampak cerah bila orang lain melihatnya karena setiap bayi lahir ke dunia ini dengan keadaan suci dan bersih.


Cerita lainnya: