Sunday, November 9, 2014

Menjaga Kesakralan Borobudur

Candi Borobudur bermakna spiritual tinggi
Beberapa waktu lalu, aku berkesempatan menjejakkan kaki ke Candi termegah bertabur sejarah yang terletak di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Tersebutlah Borobudur yang ditetapkan UNESCO dalam World Wonder Heritages tahun 1991 silam. Ini memang bukan kali pertama aku berkunjung ke Bangunan yang sudah ada sejak sekitar tahun 800 Masehi namun aku merasa seperti orang yang baru pertama kali ke tempat suci umat Budha yang memiliki makna spritual tinggi.

Berbeda dari beberapa tahun silam, kini tempat tersebut tertata apik. Sekitar 500 meter dari lokasi parkir, tibalah aku disebuah pendopo berasitektur joglo - bangunan asli jawa tengah. Disebelah kanan atas bangunan ada tulisan 'nusantara', sebaliknya di sebelah kiri ada tulisan 'internasional'. Ternyata bangunan ini digunakan bagi para pengunjung sambil menunggu antrian di loket yang dibedakan antara wisatawan domestik dan internasional.


Pendopo masuk Kompleks Candi
Wahh, ini jauh berbeda dari zaman dahulu kala. Pintu masuk pun sekarang menggunakan kartu *seperti Commet-nya Commuterline dengan tambahan palang metal detector. Mungkin inilah salah satu bentuk perhatian pemerintah setempat untuk menjaga kelestarian candi sehingga bisa dinikmati anak cucu kita kelak.

Salah satu bentuk pengamanan Candi
Setelah itu barulah aku dapat memasuki kawasan Borobudur, tetapi lagi-lagi masih harus berjalan kaki sebelum sampai Candi. Di sepanjang perjalanan, aku bisa melihat pepohonan tinggi di kanan dan kiri jalan yang membuat teduh suasana terik siang itu. Bagi yang malas berjalan kaki ada sebuah kereta mini yang siap mengantarkan berkeliling kawasan kompleks Candi.
Sejauh mata memandang dari atas Candi
Satu hal yang berbeda dari kunjunganku sebelumnya, ada syarat harus mengenakan kain sebelum naik candi bagi setiap orang yang berusia di atas 16 tahun. Sebelumnya, kain yang digunakan ialah kain jarik jawa bermotif klasik warna coklat, atau putih-hitam namun berbeda kini motif yang digunakan bergambar Candi Borobudur dengan warna dasar ungu. Penggunaan kain ini sifatnya wajib sebagai perlambang penghargaan bagi Candi sedangkan bagiku secara pribadi ini merupakan bentuk penghormatan dalam menjaga kesakralan. 

Setelah menikmati pemandangan Candi nun megah dari sejauh mata memandang, aku pun menaiki satu demi satu tangga Candi hingga ke Puncak dengan sesekali beristirahat sejenak disetiap undukan. Tampak dihadapan, tak terhingga Relief Candi yang seolah menyiratkan perjalanan panjang kehidupan manusia demi mencapai kesempurnaan.


Gambaran kehidupan manusia
Pada suatu lokasi, aku  sempat melihat seorang lelaki sedang bersembahyang. Sepertinya ia seorang pemeluk agama Budha yang tengah khusuk menjalankan ibadahnya. Namun sayangnya, akibat terlalu banyak pengunjung banyak sekali orang-orang yang hilir-mudik di depan lelaki ini. Sungguh, aku khawatir ibadahnya terganggu dan kesakralan, kekhusyukan ibadahnya bisa ternoda. 


Khusuk beribadah
Menilik perjalanan ini, sungguh sayang, pihak Borobudur belum memberi fasilitas istimewa bagi para wisatawan yang berkunjung secara khusus untuk beribadah. Menurutku, sebaiknya pihak terkait dapat memberi perhatian dengan menyediakan satu lokasi yang dapat digunakan sejumlah umat Budha yang akan melakukan ibadahnya sehingga kesakralan Borobudur tetap dapat terjaga dengan baik.

Borobudur, bukti Peradaban Dunia ratusan tahun silam

*all foto by me

1 comment:

  1. bahasa lo sulit, in *_*

    Belum pernah ke sini (lagi), sedih...

    ReplyDelete