Saturday, October 4, 2014

Kokeshi Oshin (1)

Kokeshi - Oshin
 Aku Oshin, boneka dari negeri Sakura. Cuma sebongkah kayu berkepala bulat berbadan silinder tanpa tangan, tiada kaki. Semuanya disulap bagai sosok gadis. Dihias dengan pahatan bunga sakura  merah dengan warna dasar hitam. Kokeshi adalah sebutanku. Kaumku sudah ada sejak zaman Edo, sekitar tahun 1603-1867.

Aku datang ke Indonesia oleh seorang lelaki. Namun, belum sempat ku mengenalnya, aku sudah diberikan pada seorang gadis kecil mungil usil terampil. Waktu itu aku amat suka padanya, parasnya yg teduh meyakinkanku bahwa aku akan diperlakukan dengan baik, rajin dimainkan bersama. Seindah mimpiku waktu di Jepang. Istimewa. 

Tapi itu dulu, lebih dari 15 tahun lalu. Kini, aku membencinya. Benci teramat dalam. Gadis itu sudah melupakanku. Aku hanya dibiarkan teronggok dalam kotak. Aku dipaksa terkungkung dari dunia luar. Hatiku yg dulu lembut, kini keras bagai batu. Padahal yg kurindukan hanya senyum hangat dibawah mentari. Semua sirna.

Terkurung dalam kotak

Detik demi detik ku lalui dalam kotak. Kawanku si rubah kucing biru yang selama ini menemaniku pun sudah dipindahkan. Ya, beberapa tahun belakangan ia dipindahkan ke tempat lebih terhormat, di dalam lemari kaca, di kamar si gadis yang telah beranjak dewasa. Berbeda dari kotakku yang lusuh dan penuh debu. Dibiarkan tak dikenal di atas rak di dalam kamar yang jarang berpenghuni.

Bahkan pernah suatu kali, kotakku dijadikan sarang cicak. Binatang menjijikan dan memuakkan yang akan ku ingat selamanya. Ia menodai kotakku. Bersarang dan menaruh telur-telurnya di dalam kotak sempitku ini. Arghh, aku masih ingat ketika anak-anak cicak itu keluar dari cangkangnya. Lembek, kecil, berekor, penuh cairan lengket.

Aku tak kuasa menahan ia bertelur. Jangankan mencegah, aku yang tak memiliki tangan dan kaki ini hanyalah seonggok kayu tak berdaya. Inginku menjerit sejadinya tapi tak mampu. Inginku mencuat dari kotak tapi bergerakpun sulit. Aku cuma bisa berdoa. Si gadis yang melupakanku akan melihat kotakku, setidaknya menyingkirkan sisa cangkang menjijikan ini. 


Cermin menyadarkanku bahwa aku ada, meski mati
Dan benar, Tuhan memang Maha Adil. Ia mendengar seluruh doa hambanya, meski aku hanya benda mati. Doaku dikabulkan. Si gadis beranjak remaja itu tetiba membuka kotakku. Ia kaget. Sama jijiknya denganku saat melihat cangkang-kosong. Ia langsung membersihkan kotakku. Mengganti alas tidurku dengan yang baru. Lega rasanya. Meski kemudian, ia kembali melupakanku.

Aku ingat film "Toy Story 4", sayup-sayup aku pernah dengar dari dalam kotak, Andy si pemilik mainan tak pernah alfa memainkan mainannya. Andy berhenti bermain saat ia beranjak remaja-dewasa dan diterima di bangku kuliah. Lantas ia memberikan seluruh mainannya pada tetangga kecil yang lebih membutuhkan. Sementara aku? Tidak.

Aku rindu ayahku, apakah ia masih ada di dunia ini?

Aku paham sekali seorang anak sudah tidak lagi melirik mainan masa kecilnya ketika beranjak remaja-dewasa. Karenanya, ketika tidak ada siapapun di rumah, aku diam-diam keluar dari kotak. Sekedar bercermin, membaca buku, memainkan manik-manik atau perca, melihat laptop, dan sebagainya. Menghibur diri sendiri. Ya, aku asosial. Mungkin juga menderita anomali kompleks. 


Melihat Kokeshi dimata dunia - google
*all foto by me

No comments:

Post a Comment