Film terbesar yang tak mungkin terulang lagi (T.T) gw gak mau diulang lagi beneran |
Seingatku, film ini penuh adegan kekerasan. Ada adegan penyiksaan wajah pakai silet, tubuh didorong, dijatuhkan lalu diseret-seret dilantai sampai darah mengucur deras. Setelah itu, pembunuhan secara sadis (disiksa terlebih dahulu) lalu dibuang ke dalam sumur. Sampai-sampai ada anak kecil tak berdosa (Ade Irma) yang ditembak mati oleh anggota PKI.
Nuansa kelam, suram dan tegang yang digambarkan di film ini bisa dikatakan sukses membuatku ketar-ketir. Aku yang sewaktu itu masih duduk dibangku taman kanak-kanak, cuma bisa menutup wajah sampai menangis tersedu-sedu. Meminta televisi segera dimatikan karena tak tega menonton tiap scene penyiksaan. "Ibuuuuuuuu, matiin tipiiii," (teriak 8 oktaf).
Tak sekedar menyayat hati, rupanya kesan mendalam propaganda Orde baru ini membuat batinku terganggu. Aku trauma jika harus kembali menonton film ini. Satu-satunya tokoh difilm ini yang ku ingat hanya Nasution yang kabur dan menyebabkan anaknya Ade Irma dibunuh. Selebihnya, aku tak ingat dan tak mau ingat lagi.
Diorama Ade Irma dibunuh - Museum Lubang Buaya, Jakarta |
"Bukan cuma pengkhianatan atau penumpasan PKI-nya saja yang membekas memberi kesan tapi ada cerita lain dibalik semuanya. Kisah Traumatis."Gara-gara musik ala-ala horor ada yang suka mimpi buruk
Gara-gara jadi latar penyiksaan ada yang parno liat pohon pisang
Ada yang takut liat silet gara-gara dipakai buat menyayat-nyayat pipi
Ada juga yang takut denger suara burung karena dianggap penanda kematian
Bahkan ada juga yang parno liat peti mati gegara takut dibunuh
Saya sendiri gak suka kalau disuruh ke museum lubang buaya karena takut dimasukin ke dalam itu sumur kematian
Semoga ke depan, akan ada Peninjauan Kembali (PK) jika dan hanya jika ada pertimbangan bahwasanya film ini berniat akan diulang. Saya akan menjadi orang pertama yang
*foto by net