Mimpilah setinggi-tingginya, raihlah sependek-pendeknya (quotes by me) |
Menurut kamus besar Bahasa Indonesia, Target adalah sasaran
yang telah ditetapkan untuk dicapai. Yap, sepanjang hidupku aku selalu memiliki
banyak ambisi yang bagiku harus diraih. Meski demikian, segala-galanya ditentukan
oleh Tuhan. Apalah aku manusia ini, hanya bisa berusaha dan berdoa. *kalem
Walhasil, beberapa tercapai dan beberapa tidak belum
berhasil dicapai. Target yang berhasil tercapai misalnya, kuliah di jurusan
jurnalistik en target lulus kuliah tidak lebih dari 4 tahun dengan predikat
***** (rahasia).
Ada juga si target yang tidak belum bisa diraih
semisal menikah di usia 22 seperti ibuku (okeh yang ini lupakan). Target mau
bekerja sebagai komedian, atawa pembawa acara silet (hayal-hayal). Arghhh.. semuanya.. masih dalam mimpi *teriakk
**
Sudah ku rencanakan bahwasanya sejak minggu ini aku berjanji
pada diri sendiri (janji dalam hati) akan membuat target-target kecil dalam
hidup. Nah, saya mulai pada minggu keempat di bulan Agustus. Yap, minggu ini,
aku berencana mengenakan rok/dress intinya menjauhi celana panjang untuk digunakan
sepanjang hari kerja.
1st Day and 3rd Day
Hari dimana ke kantor wajib fardu ‘ain pake seragam. Yah,
aku memang bekerja di pemerintahan (huhu) dan kudu bin mesti menaati peraturan.
Nah, dimulai dua tahun lalu, kantor ku ini mewajibkan mengenakan seragam ala
pegawai bank M*ndiri (kemeja biru muda, blazer dan bawahan biru tua).
Biasanya, di hari-hari ini, aku mengenakan celana tapi demi
memenuhi target, aku memakai rok. Notabene hasilnya ialah sukses disangka anak es
em pe. Mengapa eh mengapa? Ini karena belahan rok yang aku pakai ternyata ada
dua. Warnanya? Sudah barang tentu, biru gelap.
Kenapa sih Pas banget banget en bangett *tepok jidat
2nd Day
Seperti biasa, aku mengenakan batik. Sungguh ya seumur-umur
aku jarang menggunakan batik dengan bawahan rok. Oke, selidik punya selidik,merunut
bin merunut isi lemari, ternyata ZONKK aku gak punya rok gelap. Rok hitam zaman
es em aa sudah diwariskan oleh ibuku entah pada siapa dan kapan tau.
Alhasil, cuma ada satu rok panjang warna abu-abu dengan
rempel yang bejibun (lebih dari satu alias banyak). “Alhamdulillah,” seruku
dalam hati. Target aman. Namun nyatanya berbeda dari bayangan (ajieee..) Begitu
Sampe kantor, langsung ditanya, anak magang ya, de? Magang unit dimana?
Jeng..jeng..jengg.. *berasa mau bunuh diri
4th Day
Hari keempat, udah mulai pusing mau pake apa lagi.
Persediaan rok menipis setipis badanku setipis kesabaranku yang diujung tanduk.
Alhasil, aku putuskan mengenakan dress hitam tanpa lengan, manset plus legging
warna gelap dan semi blazer warna hijau butek.
Sesampainya di kantor, ada temen yang mengatakan style fashion aku hari ini bisa jadi
dikatakan sebagai Mori Fashion. Mori dalam
bahasa Jepang berarti hutan dan konsep seorang gadis yang tampak seperti
tinggal dihutan. Warna-warnyanya cenderung alami, sederhana dan bersahaja. Mode
ini ternyata sudah muncul tahun 2007 lalu di Jepang. (mungkin akan aku ulas sendiri
kapan-kapan *tapi gak janji)
Syukurlah hari ini tampilan dianggap normal *kepal tangan ke
atas, Yeahh
5th Day
Ini hari terakhir ke kantor di bulan kelahiranku. Otomatis, ini
artinya aku akan memenuhi target kecilku. Pagi ini, saat mata baru saja terbuka
aku sudah merencanakan Harajuku Style
untuk ke kantor. Namun tetiba teringat ini hari Jum’at. “Woi, harus pake batik
again.” *kucek-kucek mata
Alhasil, setelah menimbang-timbang pake timbangan beras
(deramah). Aku memutuskan mengenakan rok bali nan merah merona dengan atasan
katun polos berwarna senada. Doaku satu, semoga gak saltum lagi seperti
biasanya.
Sesampainya dikantor, komentar pagi ini dari office girl , “Mba, kamu merah sekali
hari ini,”katanya. Hehe, aku pikir awalnya tidak akan ada pengaruh apapun yang
akan terjadi. Namun, faktanya hari ini sakses maramara gegara hal imut-imut
yang menyesakkan ini nih *nunjuk gigi cangil
Guys, yang sempet kena semprot (dalam arti harfiah –
semprotan pengharum ruangan. red) ane mingta maap, soale puleiseee ane gak
tahan, gan *muntah gara-gara bau dur*en
source pic: by net
Kejujuran tak tampak sewaktu kita berhenti percaya. Mudah-mudahan jadi pelajaran yang baik untuk kita semua ya Iin. Terima kasih undangan ke blognya. Keren!
ReplyDeleteSetuju, Jason. Kejujuran akan terlihat jelas ketika kita percaya bahwa orang jujur itu ada. Gw yakin mba-mba yang ada di http://inmynotes.blogspot.com/2014/08/masih-ada-orang-jujur-di-jakarta.html ini sungguh mulia. Semoga tidak cuma satu di dunia. Terima kasih ya sudah berkunjung.
ReplyDelete