Wednesday, September 12, 2012

100 Tahun Menjelang Kelahiran Doraemon

Wahh, tak terasa tahun ini sudah memasuki tahun 2012, ini berarti peringatan 100 tahun sebelum kelahiran Doraemon. Mungkin saat ini banyak yang tidak terlalu mengenal siapa doraemon? Anak-anak mungkin lebih mengenal boy band atau girl band ala Korea yang saat ini lebih banyak dikenal karena gencarnya sorotan media.

Balik lagi, Doraemon merupakan film kartun Jepang yang diputar di salah satu stasiun televisi swasta pertama di Indonesia. Kisahnya yang inspiratif dan menghibur membuatnya tetap lekat dihati penggemar setianya dan hingga saat ini masih diputar setiap hari Minggu pukul 08.00 WIB pagi.
Doraemon sendiri sebenarnya judul dari sebuah manga populer yang dikarang oleh Fujiko F Fujio tahun 1969 lalu. Kartun Doraemon sendiri ditunjuk sebagai dua anime pertama Jepang sejak 19 Maret 2008. Kementerian Luar Negeri Jepang mempromosikan anime sebagai kebudayaan khas Jepang.

Dua Sahabat: Doraemon dan Nobita

Doraemon merupakan robot kucing dari abad ke-22. Kisah doraemon menceritakan persahabatan antara robot kucing (doraemon) dengan seorang anak SD kelas 5 (Nobita) yang dikirim oleh keturunan Nobita untuk menolong Nobita agar keturunan Nobita dapat menikmati kesuksesannya tanpa harus mengalami kesulitan finansial - yang kelak dialami Nobita di masa depan.

Nobita merupakan anak yang selalu mendapat nilai "0" (nol) dalam ujian, Nobita juga tidak pernah mendapatkan keberuntungan atau selalu sial dalam tiap kegiatan yang dia lakukan. Bahkan ia sering diganggu rekan satu kelasnya Giant dan Suneo. Maka keturunan Nobita mengirim doraemon untuk membantunya. 

Kemudian, doraemon biasanya akan menggunakan peralatan-peralatan canggih dari kantong ajaibnya. Kantong ajaib 4 dimensi tersebut berisi peralatan canggih dari abad ke-22. Peralatan yang sering digunakan "baling-baling bambu" dan "Pintu ke Mana Saja". Sering kali, Nobita berbuat terlalu jauh dalam menggunakan peralatannya dan malah terjerumus ke dalam masalah yang lebih besar.

 100 years before Doraemon's birth

Di Harbour City, Hongkong 14 Agustus - 16 September 2012 digelar sebuah pameran bertajuk 100 years before Doraemon's birth. Dalam acara ini dipamerkan puluhan patung doraemon berbagai ekspresi. 


 berikut sejumlah patung yang dipamerkan dalam musem Fujiko F Fujio


Dokodemo door
Pintu Kemana Saja
warna asli dari karakter Doraemon, Obake no Q-taro, Perman, dan Kiteritsu Daihyakka
pojok manga, doraemon's car, balon udara
Gashapone: vending machine *left, baling-baling bambu #eh mesin *right
 

Tuesday, September 4, 2012

International Hijab Solidarity Day (IHSD)



“Hai Nabi! Katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mu’min: “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka.” (Q.S. Al-Ahzab: 59)


Hay guys, pasti kaget tau-tau muncul dan ada ayat Qur’an. Ayat ini sederhana, perintah ALLAH bagi setiap perempuan untuk menutup auratnya. Sebenarnya tujuan mengenakan jilbab tidak sekedar menjaga kehormatan, mempercantik diri, menghindarkan diri dari kejahatan atau dianggap wanita sholehah. Di luar itu semua, jilbab itu perintah dari ALLAH swt, Tuhan Pencipta manusia.
Berkerudung, berhijab, berjilbab apapun istilahnya tidak harus menunggu mendapatkan hidayah, Justru ALLAH telah memerintahkan setiap wanita dalam ayat di atas, tinggal keputusan ada pada diri kita, apakah mau mengambil hidayah itu atau mau membiarkannya terbang dibagai kapas? *masa sesuatu yang baik kok ditolak*
Jika ada juga yang bertahan menunggu menjilbabkan hati dahulu baru mau menutup aurat. Wahh, dimanakah ALLAH memerintahkan demikian? Adakah dalilnya? Bukankah menjilbabkan atau memperbaiki hati bisa dilakukan dengan menaati segala perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya?

MY Crazy Birthday

Finally . . .

I challenged myself to write and share this story
I hate this situation indeed, but I freaking LOVE my colleagues after all
This happened to me when my birthday
Not the exact day on 4th of August, but it was on the 7th of August 2012
It was really beyond  my expectation

First, duct tape . . .


 


Then, shredded paper . . .
and powder . . .


Further . . .



But Finally . . .


This is it . . .
the Gangster . . big gangster, criminal, bandit whatever lha..



However, they are the best friend ever 
Thanx guys, Love you full . . . ^^



End
All foto by: Mas Bagus en Kukuh





Monday, September 3, 2012

Hutan Kota - BSD Tangerang

Siapa yang tidak pernah mendengar Bumi Serpong Damai ? Lokasi yang lebih familiar dikenal dengan istilah BSD ini merupakan salah satu kawasan di Tangerang Selatan yang *kembali menurut saya* termasuk lingkungan berkelas eh pake tanda petik "kelas".

Definisi kelas disini terserah siapapun menafsirkan apa, yang pasti lingkungan ini termasuk salah satu sudut pinggiran ibu kota yang tertata rapi, termasuk taman-taman yang berada di dalamnya.

Tersebutlah taman kota BSD 2 yang saat ini *kemarin tulisannya sudah berubah* menjadi Hutan Kota. Kali pertama masuk Anda diharuskan membayar tiket parkir sekaligus tiket masuk yang amat terjangkau dikantong. Dengan Rp2000,00 per motor (1/9/12) Anda pun bisa masuk ke Hutan Kota. 

Habis Kondangan

Berikut sejumlah foto dadakan ala model hijabers *tsahhh.. apalah ini
oh iya belum menyapa, Hay blogers, sudah lama tak bersua tau-tau muncul bawa photo yang bisa dikatakan sedang ikut-ikutan tren hijabers community yang pada heboh photo-nya muncul dimana-mana,tapi ini sesungguhnya jepretan ini tanpa rencana karena berawal dari sebuah "kondangan".

Apa yang terfikir kala kondangan? yah, ketemu temen lama terus foto-foto mendokumentasikan segala kenangan baru tuk menghapus rindu lama *yaelah*.
Tapi yang ini beda, saya hanya diajak kondangan ke tempat tak di kenal, tepatnya nemenin kondangan bersama keluarga Diesan sambil bawa si imut Dsioo kesayangan.

Monday, June 18, 2012

Wisata Semarang : Lawang Sewu (lanjutan.1)

Bagi yang cuma punya waktu satu hari ke Semarang dan ingin melakukan sejumlah perjalanan, mungkin tulisan ini berguna bagi Anda. Aku dan Yessika tiba di Semarang pukul 4 pagi dan berencana berkeliling kota ini setelah sarapan pagi. Tepat pukul 08.30 kami pun langsung bergegas menuju tempat wisata pertama yakni ‘Lawang Sewu’. Menurut rekanku yang asli wong Semarang, tidak lengkap seseorang bila tidak mengunjungi salah satu icon kota ini yakni “Lawang Sewu’ atau rumah dengan seribu pintu.

Tiket Trans Semarang
Kami pun berangkat dari jalan Supriadi naik angkot ke jalan besar *lupanamanya* dengan membayar Rp2000,- per orang. Kemudian kami naik Trans Semarang menuju ke lawang sewu dengan tarif Rp3.500,- per orang, sama dengan busway di Jakarta. Tapi bedanyaaa, bis ini unik, mulai dari cara pembayaran yang dilakukan langsung di dalam bis, hingga terdapat pijakan khusus yang menghubungkan antara bis dan halte dan dijaga oleh kondektur-nya. Bentuknya seperti “skateboard” tapi berbahan besi dengan bentuk persegi, roda di bawahnya untuk ditarik keluar dan ke dalam dan pegangan besi juga bagi si kondektur.
Hal menarik lain adalah, ketika ada penumpang ibu-ibu yang memiliki anak kecil maupun lansia yang masuk dan tidak dapat tempat duduk, si kondektur itu langsung mencarikan tempat duduk, bertukar tempat dengan penumpang yang dianggap lebih muda dan mampu berdiri. Setelah itu, si ibu dan anak ataupun lansia tersebut dipersilahkan duduk dengan dituntun menuju tempat duduk itu. Wah suatu pemandangan, kesantunan keramahan asli budaya Indonesia yang jarang ku temui di kota-kota besar lainnya.
Tiket Masuk Lawang Sewu
Selanjutnya, sekitar satu kilometer sebelum ‘Lawang Sewu’, kami pun turun di halte terdekat dan berjalan menyusuri daerah yang penuh dengan pusat oleh-oleh lumpia khas Semarang. Setelah tiba di pintu seribu, kami lantas menuju tempat pendaftaran pengunjung untuk masuk. Kami kembali mengeluarkan kocek sebesar RP10.000,- per orang dan Rp30.000,- untuk satu orang guide yang menemani kami berkeliling tempat bersejarah itu.

Lawang Sewu

Jajaran pintu yang jumlahnya tak terhitung, ruangan yang luas, dihiasi cat putih dan coklat khas arsitektur Belanda pada zamannya, menggambarkan kemegahan gedung yang pernah difungsikan sebagai kantor kereta api kala itu. Suasana yang sejuk yang disebabkan oleh  ventilasi dan pintu yang konon jumlahnya hingga seribuan, itulah yang kami rasakan ketika memasuki setiap ruangan di dalam gedung yang dibangun jauh sebelum kemerdekaan diperoleh negeri ini.
Salah satu pintu ruang bawah tanah
Tak ketinggalan, terdapat pula ruang bawah tanah yang konon katanya dulu digunakan sebagai tempat penyiksaan tahanan zaman Jepang, baru melihat dari atas saja sudah bergidik, apalagi turun? Pantas saja ruangan itu sering digunakan untuk ajang uji nyali di salah satu stasiun televisi swasta.

Tak hanya itu, miniatur kereta juga disuguhkan pagi para pengunjung di depan gedung ini, yang dapat digunakan untuk diabadikan gambarnya. Tak jarang, calon pasangan pengantin juga ada yang melakukan sesi foto prewedding di tempat ini, menurut guide kami sih dengan merogoh kocek Rp300.000,- untuk sesi pemotretan dalam satu hari.

Koleksi Kereta di Lawang Sewu
*Photo by Me

Wisata Semarang

Trip yang ku lakukan kali ini bukan dalam rangka tugas kantor ataupun sengaja melakukan perjalanan luar kota untuk refreshing. Menuju kota yang lebih ku kenal dengan tempat ‘tahu bakso’ dan ‘lumpia’ ini ku kunjungi untuk menghadiri pernikahan rekan kerjaku saat itu yaitu Mas Reza. Pernikahan yang berlangsung pada 6 Mei lalu ini memang diadakan di gedung wanita yang letaknya di dekat kawasan Simpang Lima.
Aku dan Yessika yang mewakili bagian kami pun berangkat Jum’at malam, sepulang dari kantor. Kami menggunakan transportasi darat berjulukan ‘besi berkaki banyak’, satu-satunya transportasi anti ‘macet’, menurutku. Kami berangkat tepat pukul 19.15, telat 5 menit dari jadwal namun ini cukup dianggap tepat waktu untuk hitungan di Jakarta.
Senja Utama seperti namanya memang berangkat kala senja, baik malam (sore) maupun pagi.  Dengan mengeluarkan kocek Rp150.000,- per orang, 8-9 jam perjalanan kami malam itu cukup melelahkan. Namun bagi yang kelaparan, tidak perlu khawatir, ada pedagang makanan matang dan cepat saji yang bersedia membantu. Untuk satu mangkuk ‘mie rebus’ dibandrol seharga Rp10.000,-. harga yang cukup pantas dijual di atas kendaraan berkecepatan seperti itu.
Tak ada yang menarik yang dapat dilihat di atas Senja Utama kala malam hari, alasannya Cuma satu, gelapppppp.. Paling hanya suara penumpang mengobrol atau pemandangan penumpang tidur nyenyak selama perjalanan. Tidurnya pun dengan berbagai posisi wuenak masing-masing, ada yang duduk di bangku sambil nyender temen sebelahnya, ada yang tidur di bangku selonjoran dan temennya malah tidur di bawah, ada yang ileran, ada yang ngigo, *okeh yang terakhir gw ngasal*.
Akhirnya, setelah bercape-cape, kami pun tiba di Stasiun Tawang tepat pukul 4 pagi dengan sambutan dari supir-supir taxi yang telah siap berjajar menawarkan jasa mengantarkan calon penumpang ke tujuan masing-masing.