Gadis hitam manis itu tampak biasa saja bergaul dengan sekelompok pemuda berpotongan rambut mohawk dengan warna-warni terang, sepatu boots, rantai, jaket kulit, celana jeans ketat, dan kaos belel. Bukan tanpa alasan baginya sengaja bercengkrama dengan anak-anak muda yang dikenal dekat dengan minuman beralkohol, serta budaya anti sosial dan anti kemapanan.
Kala itu, dia tengah menyelesaikan tugas akhir di
Universitas Padjajaran dan mengambil penelitian mengenai budaya anak punk. Ketika
memutuskan untuk fokus pada penelitian tersebut, gadis kelahiran 30 Oktober
1986 ini berkenalan dengan Mr.X (bukan nama sebenarnya), seorang yang dikenal
sebagai sesepuh anak punk. Lantas, gadis ini pun nekat pergi ke Yogyakarta, ke markas
salah satu anak punk demi mendalami penelitiannya.
Selama berada di Kota Gudeg, gadis ini mengetahui bahwa sejatinya
anak punk tidak seperti yang dikenal masyarakat sebagai kumpulan perusuh, pemabuk
atau penganut gaya hidup bebas semata. Justru setelah berbincang dengan sang
sesepuh, dia terbuka matanya bahwa punk sebenarnya sebuah ideologi hidup yang
bebas dengan keyakinan we can do it
ourselves. Bahkan, banyak diantara pemuda-pemuda punk ini yang sukses merintis
berbagai macam usaha dari bawah.
Keberaniannya teruji saat suatu hari dua orang pemuda punk yang
tengah mabuk berat datang ke markas sang sesepuh. Gadis ini pun langsung
diminta bersembunyi di kamar yang berada di lantai dua. Sang gadis bergegas
lari ke kamar dan mengunci pintu. Namun, dua pemuda itu terlanjur mendengar
suara si gadis dan langsung hendak mengejarnya.
Sang sesepuh berjuang menahan dua pemabuk itu dengan
menghajar mereka. Tak dinyana, kekuatan orang mabuk ternyata jauh meningkat
berkali-kali lipat. Mereka berteriak sambil menggedor-gedor pintu, memaksa
masuk ke kamar. Serta merta, si gadis langsung menggunakan lemari dan
benda-benda berat lain untuk menahan mereka. Suasana keos. Sang gadis yang
ketakutan hanya bisa duduk terdiam di dalam kamar.
Suara-suara cacian, makian, pukulan, tendangan menyeruak di
ruangan itu. Tak terhitung berapa banyak barang-barang jatuh dan pecah
berantakan. Sang sesepuh dan pemuda mabuk saling beradu jotos hebat tanpa sadar.
Selang beberapa jam kemudian, sang sesepuh berhasil mengamankan mereka hingga tergelepar
kehabisan tenaga.
Andaikan..
Andaikan aku seorang lelaki, kisah gadis itu telah telah mengusik
hatiku, membuatku terpesona pada keberaniannya. Berani mengambil tema penelitian
yang berbeda dari yang lain. Berani datang ke lingkungan yang asing dan rawan.
Berani mempertaruhkan nyawanya. Berani demi mendapatkan kebenaran.
Mungkin di mata orang lain penilaianku pada gadis ini terlalu
lebay tapi kenyataannya gadis ini
mampu mengubah jalan hidupku. Dia orang pertama yang mengajakku naik bajaj di
Jakarta, keliling lapangan banteng. Dia yang sering nyasar jika naik trans Jakarta bersamaku. Dialah yang dulu
seringkali menemaniku belanja, jalan-jalan, ketawa-ketiwi, nangis-nangis, dsb.
Bahkan, Dia juga yang mampu membuatku move-on saat patah hati. Dia pernah menemaniku saat ku berada dalam
kondisi galau bimbang tak tau arah
jalan pulang. Kala ku berada pada kondisi terburuk, dialah yang menemaniku hanya
untuk melihat laut pada tengah malam di ujung pulau Jawa, perbatasan
Merak-Bakaheuni. Saat itu, aku cuma ingin mendengar suara desiran ombak yang
menenangkan.
Jika aku lelaki pasti aku sudah menjadikannya orang
terdekatku. Bagiku dia mutiara. Dia tersusun dari butiran pasir yang rapuh lalu
menguat hingga menjadi mutiara yang bersinar. Jika ada orang lain yang menyakitinya,
apalagi lelaki, aku berani menjadi orang pertama yang akan menghajarnya. Dialah
Anggita Permana Dikti, tak sekedar rekan kerja, tetapi dialah teman, sahabat
dan kakakku.
ijo-ijoo |
Brokoli Girl's |
*foto illustration: http://weheartit.com/entry/group/8186261
bagussss...keren yaaaa
ReplyDeleteMakicihhhh..deuhh gw takut dibaca suspect-nya, hahahhaaaa
Deletetulisan tipe iin bangeeeeet. hahahahaha
ReplyDeleteBerani demi mendapatkan kebenaran - semacam apaaa gitu
Tebakk, ini cerita fakta atau fantasi? Wkwkwkwkk
Deleteeaaa,,,patah hati ...
ReplyDeleteUhukkkk
Delete