Thursday, April 28, 2016

DIA


Gadis hitam manis itu tampak biasa saja bergaul dengan sekelompok pemuda berpotongan rambut mohawk dengan warna-warni terang, sepatu boots, rantai, jaket kulit, celana jeans ketat, dan kaos belel. Bukan tanpa alasan baginya sengaja bercengkrama dengan anak-anak muda yang dikenal dekat dengan minuman beralkohol, serta budaya anti sosial dan anti kemapanan.

Kala itu, dia tengah menyelesaikan tugas akhir di Universitas Padjajaran dan mengambil penelitian mengenai budaya anak punk. Ketika memutuskan untuk fokus pada penelitian tersebut, gadis kelahiran 30 Oktober 1986 ini berkenalan dengan Mr.X (bukan nama sebenarnya), seorang yang dikenal sebagai sesepuh anak punk. Lantas, gadis ini pun nekat pergi ke Yogyakarta, ke markas salah satu anak punk demi mendalami penelitiannya.  

Selama berada di Kota Gudeg, gadis ini mengetahui bahwa sejatinya anak punk tidak seperti yang dikenal masyarakat sebagai kumpulan perusuh, pemabuk atau penganut gaya hidup bebas semata. Justru setelah berbincang dengan sang sesepuh, dia terbuka matanya bahwa punk sebenarnya sebuah ideologi hidup yang bebas dengan keyakinan we can do it ourselves. Bahkan, banyak diantara pemuda-pemuda punk ini yang sukses merintis berbagai macam usaha dari bawah.

Keberaniannya teruji saat suatu hari dua orang pemuda punk yang tengah mabuk berat datang ke markas sang sesepuh. Gadis ini pun langsung diminta bersembunyi di kamar yang berada di lantai dua. Sang gadis bergegas lari ke kamar dan mengunci pintu. Namun, dua pemuda itu terlanjur mendengar suara si gadis dan langsung hendak mengejarnya.

Sang sesepuh berjuang menahan dua pemabuk itu dengan menghajar mereka. Tak dinyana, kekuatan orang mabuk ternyata jauh meningkat berkali-kali lipat. Mereka berteriak sambil menggedor-gedor pintu, memaksa masuk ke kamar. Serta merta, si gadis langsung menggunakan lemari dan benda-benda berat lain untuk menahan mereka. Suasana keos. Sang gadis yang ketakutan hanya bisa duduk terdiam di dalam kamar.

Suara-suara cacian, makian, pukulan, tendangan menyeruak di ruangan itu. Tak terhitung berapa banyak barang-barang jatuh dan pecah berantakan. Sang sesepuh dan pemuda mabuk saling beradu jotos hebat tanpa sadar. Selang beberapa jam kemudian, sang sesepuh berhasil mengamankan mereka hingga tergelepar kehabisan tenaga.

Andaikan..

Andaikan aku seorang lelaki, kisah gadis itu telah telah mengusik hatiku, membuatku terpesona pada keberaniannya. Berani mengambil tema penelitian yang berbeda dari yang lain. Berani datang ke lingkungan yang asing dan rawan. Berani mempertaruhkan nyawanya. Berani demi mendapatkan kebenaran.

Tuesday, April 26, 2016

OH NO, Online Shop!!!

transaksi belanja online *)
Siapa yang tidak kenal atau minimal pernah mendengar tentang online shopping (olshop)? Pasti sedikit sekali manusia masa kini (bukan masa gitu) yang tak mengenal sistem belanja yang boleh dikatakan praktis tanpa harus jalan ke lokasi penjual berada, cukup dengan satu tombol 'KLIK' dan barang pun di tangan. (jangan lupa bayar)

Demam online shopping telah melanda hampir di seluruh pelosok tanah air, tak terkecuali di tempatku berada saat ini. Aku mengenal sistem belanja ini dari seorang teman yang bisa ku katakan 'Si Ratu Olshop' a.k.a seseorang yang gemar belanja olshop (sampe-sampe fyi belanja sayur aje ada loh yang olsop, keren kan? hahhahaa ^^)

Di dunia, konsep seperti ini pertama kali dikenalkan oleh Michael Aldrich yang berasal dari Inggris. Idenya sederhana, saat dia dan istrinya belanja ke supermarket, tiba-tiba muncul ide untuk menghubungkan televisi di supermarket dengan komputer di rumahnya. Tujuannya agar memudahkan mereka melakukan pemesanan.

Selang beberapa tahun kemudian, Thomson Holidays mengenalkan konsep business to business (B2B) yang pertama. Konsep ini berawal ketika Thomson mengambil 66 agen travel dari seluruh Inggris dan menghubungkan mereka dengan orang-orang yang membutuhkan bantuan perjalanan.

Bukan ngiklan

Aku sendiri mulai mengenal olshop melalui situs-situs pemberi diskon, seperti situs disdus, groupon, deal keren, ogah rugi. Kalau sekarang ada lakupon, shopback, evoucher, groupbeli, deal, diskonmantap, diskon, kleepon, dsb. (silahkan cari sendiri yang lain)

Era selanjutnya, aku mengenal situs toko bagus (yang sudah menjadi olx) sebagai satu wadah tempat orang melakukan jual-beli online secara gratis tis tis tis. Pada masa ini sih, aku belum mulai tertarik, tapi setelah situs-situs lazada, mataharimall mulai ada, aku mulai mencoba belanja disini. Bahkan hp iphone 4s ku yang sudah hilang entah kemana itu aku beli di lazada lohh.. hahahhaa ^^ ngeri abis.

Kemudian, muncul juga situs khusus kategori barang-barang tertentu. Ini biasanya si penjual sudah tergolong besar karena memiliki website sendiri atau merupakan gabungan dari penjual sejenis, seperti bhinneka, oktagon, fotocamzone, focusnusantara, executive, dsb. Biasanya aku membeli barang-barang elektronik, peralatan fotografi, atau sekedar belanja pakaian saja.

Satu hal yang harus jadi perhatian saat olshop ialah asas KEPERCAYAAN. Kita tidak akan tau kualitas barangnya sampai barang tersebut sampai ditangan. Selama ini, aku hanya percaya dengan sejumlah situs yang sudah cukup berpengalaman dan hasil rekomendasi dari teman. Pernah sekali mencoba situs yang baru tapi ternyata hasilnya tidak memuaskan. Ingatlah untuk selalu percaya pada Tuhan, kalau yang lain, tetaplah jaga kewaspadaan.

olshop**)


*) http://www.moewius.de/online-shop/?L=1 
**) http://www.zoline.co.za/web/onlineshop

sumber: 
https://blog.jejualan.com/evolusi-blanja-online-dari-tahun-60an-ssampai-90an/

Wednesday, April 20, 2016

My World My Workspace

My lovely workspace (mimpi)*
Sebagai penulis (menulis blog maksudnya), workspace yang nyaman adalah nomor satu. Kenapa? Ini penting untuk membangkitkan mood saat mulai menulis, apalagi saat deadline di depan mata. Sejatinya, kantor bukan satu-satunya workspace yang dapat ku gunakan untuk menyelesaikan seluruh tulisanku (ketauan kerjaannya juga nulis eh ngetik). Kadang, bila kebosanan melanda, tak jarang aku memilih mengerjakan tugas-tugasku di luar kantor, semisal, di cafe, perpustakaan, atau cukup di dalam kamar pribadiku.

Alasannya? Menulis bisa dilakukan dimanapun, kapanpun asalkan mood sudah tercipta, bahan sudah lengkap, koneksi internet cepet, plus ada cemilan (yah kalo gak ada cepuluh juga boleh), terakhir air putih aja dah biar sehat. Yah, bahagia itu sederhana, sesederhana kamu mencintai apa yang kamu lakukan kini. Sesederhana itulah kehidupan, bekerja dan mengerjakan apa yang kamu sukai.

Meja kerja yang ada pada gambar di bawah, baru saja ku tempati tahun ini. Tahun-tahun belakangan, meja kerjaku bukanlah berbentuk cubicle seperti penampakan di atas. Sebelumnya, meja kerjaku berupa meja kayu. Meskipun demikian, aku berharap kami akan bisa jadi partner spesial meski entah sampai kapan kebersamaan kami akan berakhir (menunggu keputusan mutasi).

Meja kerjaku ini ibarat duniaku, tempat dimana aku bisa meletakkan berbagai benda-benda yang dapat mendukung tugas-tugasku sekaligus benda-benda yang dapat membangkitkan mood (mood booster). Meskipun terkesan terlalu personal, tapi aku merasa dengan adanya mereka (baca.doraemon), aku akan menemukan inspirasi, bahkan teman ngobrol seputar ide-ide yang akan ku tulis atau sekedar penyemangat pribadi (dunia khayalan).

Selain doraemon, benda wajib yang kudu mesti wajib ada dalam workspace ialah colokannn (I can't life without you) - secara yaaa, aku membutuhkannya buat mencharge hangpon agar selalu online (biar tetep bisa main game - addicted). Benda lainnya ialah Air Putih. Dengan minum yang rajin akan tercipta tubuh yang sehat. Di dalam tubuh yang sehat tercipta jiwa yang kuat. (kesurupan)

Lalu, pertanyaan selanjutnya? bagaimana kondisi meja kerjaku sehari-hari? Dalam foto si cakep, tapi yahh tunggu saja sampai waktu kerja dimulai. Berantakannya masya Allah (sengaja gak mau moto). Tapiii jangan sedihhh, ternyata berdasarkan penelitian rapi atau tidaknya tempat kerja kita merepresentasikan jiwa kita (eaaaaaaaaaaa).

Mulanya menurut Albert Eistein, seperti dikutip dari laman ini meja kerja berantakan menandakan pikiran pemilik juga sedang tak karuan. Beberapa dekade kemudian, dalam hasil penelitian yang baru diterbitkan Jurnal Psychological Science menemukan bahwa bekerja di sebuah meja kerja yang rapi akan mempengaruhi seseorang bekerja lebih konvensional, lebih murah hati, dan lebih sehat. Sebaliknya, seseorang yang bekerja di meja yang berantakan ternyata mempengaruhi kreativitas pemikiran seseorang. (materi berat)

Intinya, meja kerjaku tak selamanya rapi. Seringkali ia akan teronggok penuh dengan tumpukan kertas berisi disposisi atasan, buku catatan, atau sekedar coretan tak berarti. Tapi jangan salah, kondisi ini kadang mencerminkan diri kita saat itu. Apakah kita berada pada kondisi well organized atau more creative.


expektasi (pencitraan keras)**


realita **


 *) http://www.homedit.com/creating-a-comfortable-cubicle-decor/shelf-for-your-cubicle-decor/
**) created by me

Sunday, April 17, 2016

Welcome 2016

Welcome 2016

Welcome 2016

Sekian lama.. aku menunggu
untuk.. kedatanganmu..

Bukankah engkau.. telah berjanji..
kita.. jumpa disini..

Datanglah (datanglah).. kedatanganmu kutunggu..
t'lah lama (t'lah lama).. telah lama ku menunggu..

*yakin pasti yang baca sambil berdendang kan? kan? kan? udah ngaku aja gak usah ngeless kaya bajaj dahh, Hahahhahaaa

Setelah sekian lama hiatus (udah setahun lebih), kini saatnya berubah (bukan jadi power rangers) menjadi lebih baik lagi lagi dan lagi

Selamat Datang 2016 Selamat Berdendang Berjuang Bertahan Berusaha

2016 Please, Smile for me
Semoga Bahagia
buat kamu ya kamu kamu kamu lagi..