Tuesday, October 18, 2011

First Day to Padang, West Sumatera

Akhirnya, ini kali kedua aku berada di pulau paling barat dari Indonesia, pulau yang memiliki jalur merah karena rentan terkena gempa dan tsunami. Ketika kuliah aku sudah pernah menyebrangi Selat Sunda dari Merak menuju Bakaheuni untuk melakukan liputan perjalanan bersama kawan-kawan seperjuanganku.

Alhamdulillah, kata itulah yang pertama kali muncul saat menapakkan kaki ku di pulau Sumatera. Setelah satu setengah jam terombang-ambing dengan turbulensi yang membuat telinga kami jengah, akhirnya semua terbayar dengan melihat ranah minang. Tampak tulisan Minangkabau Internasional Airport menyambut kedatangannku siang itu. Aku bersama Niwa, rekan kerjaku sekaligus teman seperjalananku kali ini langsung keluar bandara pasca kami turun dari Garuda. Mulai saat inilah dimulai kisah dua gadis petualang cilik berkeliling Padang.

Ruangan bernuansa dominan putih langsung menampakkan dirinya pada kami. Tampak pula puluhan penumpang dengan maskapai yang sama sedang menunggu barang-barang mereka keluar dari lubang hitam. Terlihat pula sejumlah orang berseragam merah, kuning dan abu-abu sibuk mondar-mandir dengan membawa kain pel keluar masuk toilet.

Maraknya Taxi Tanpa Argo

Tak berapa lama kami pun langsung keluar bandara, berencana menggunakan taxi menuju ke hotel, tempat kami tinggal selama tiga hari. Ketika kami keluar, beberapa orang langsung menawari kami mobil sewaan ataupun taxi tanpa argo yang bertarif cukup mahal. Kaget, bingung bercampur jadi satu, yang ada difikiran kami hanya sebuah tanda tanya besar, kenapa tidak ada taxi resmi yang memiliki standar harga menggunakan argo meter (?).

Berdasarkan informasi yang kami dapatkan sebelumnya dari pihak hotel, jarak dari bandara menuju hotel sekitar 30 km yang jika ditempuh menggunakan taxi hanya berbayar Rp50.000. Namun ketika kami tiba disini, semua tarif yang ditawarkan di atas Rp.100.000. “Di Padang tidak ada bayar pakai argo, bukan seperti di Jakarta, di sini pakai sistem borongan”, ujar salah satu supir.

Kemudian kami langsung menuju counter tempat pemesanan taxi borongan tersebut, memang tarif menuju Padang Kota, khususnya Jl MH Thamrin tempat hotel kami berada sebesar Rp109.000. Sedangkan tarif untuk menyewa mobil Avanza atau Xenia sebesar Rp115.000. Berbeda pula yang ditawarkan taxi, travel ataupun mobil sewaan yang mengantarkan ke luar kota Padang, tentu tarifnya lebih tinggi. Niwa lalu menelepon orang kantor untuk mencari informasi, barulah kami memilih salah satu supir taxi yang menawarkan jasa mengantarkan kami ke Grand Sari hotel hanya dengan membayar Rp100.000.

Pasca istirahat sejenak di hotel, kami pun bergegas menuju Kantor Wilayah (Kanwil) III Direktorat Perbendaharaan Padang, provinsi Sumatera Barat. Kantor itu terletak di Jl. Khatib Sulaeman No.51, jaraknya sekitar 7,5 km dari hotel kami dan dapat ditempuh dalam 10 menit saja. Lagi-lagi kami pun harus menawar taxi tanpa argo untuk mengantarkan kami ke kanwil. Dengan membayar Rp30.000, kami pun tiba di kantor yang memiliki eksterior dengan nuansa Minang. Dan setelah menemui sejumlah orang kantor yang bekepentingan untuk mengurus segala administrasi sebelum kami bertemu Kepala Kanwil, kami pun pamit untuk kembali ke hotel.

No comments:

Post a Comment